ZIGI – Untuk memperingati Hari Kartini 2022 yang jatuh pada 21 April, tak ada salahnya menonton film Indonesia tentang perjuangan perempuan. Selain untuk hiburan, kamu juga dapat mendukung para sineas dalam berkarya.
Mulai dari Penyalin Cahaya, Kartini: Princess of Java hingga Yuni menceritakan tentang kisah inspiratif perempuan. Penasaran ada apa lagi? Yuk simak artikelnya sampai habis!
Baca juga: 10 Selebriti Dukung Permendikbud 30, Anti Kekerasan Seks di Kampus
1. Perempuan Berkalung Sorban (2009)

Film yang rilis 15 Januari 2009 merupakan adaptasi dari novel Abidah El Khalieqy dengan judul sama. Mengisahkan tentang sosok Anissa (Revalina S. Temat), perempuan cerdas dan berani. Ia dibesarkan dari keluarga dengan tradisi Islam di pesantren Jawa Timur.
Namun ia harus dihadapkan dengan perbedaan pandangan keluarga dengan dirinya. Film Perempuan Berkalung Sorban menggambarkan perjuangan Anissa dalam membela hak-hak perempuan muslim. Film ini dapat ditonton di layanan streaming Vidio.
2. Penyalin Cahaya (2019)

Mengalami kekerasan seksual adalah hal yang sulit dilewati siappun, termasuk Suryani (Shenina Cinnamon). Kuliahnya terancam dan ia mendapat sedikit dukungan saat mencari pelaku yang telah menyebarkan fotonya tanpa izin. Pada akhirnya, Sur jugalah yang harus mengalah. Film Penyalin Cahaya yang berhasil memborong 12 Piala Citra 2022 dapat ditonton di Netflix.
3. Kartini: Princess of Java (2017)

Dian Sastrowardoyo didapuk memerankan sosok Kartini, perempuan yang banyak memperjuangkan hak perempuan. Sebagai perempuan ningrat, takdirnya adalah menikah dengan laki-laki yang punya derajat sama.
Meski tidak bisa melawan tradisi pada masa kolonial, Kartini berjuang membangun sekolah untuk rakyat hingga menciptakan lapangan kerja. Beruntung, ayah dan suaminya memberikan dukungan penuh. Film Kartini: Princess of Java dapat ditonton di Netflix.
4. Nyai: A Woman From Java (2016)

Berlatar belakang tahun 1927 ketika penjajahan Belanda, dikisahkan sosok Nyai (Anissa Hertami) seorang perempuan cantik dari Jawa yang diperistri orang Belanda. Ia memperoleh julukan Nyai karena statusnya sebagai wanita simpanan.
Namun menjadi istri dari pejabat Belanda bukanlah keinginannya. Di tengah rasa marah karena kehidupannya direnggut, Nyai berjuang mengurus sang suami yang sakit-sakitan.
- Editor: Erika Rizqi Rachmani